Beraneka korekan motor
1.Honda karisma tembus 8,4 detik.
Boleh
percaya boleh enggak! Honda Karisma milik Jhony yang sekarang tambah
berkarisma ini, jajal tarung di event resmi drag 201 meter kelas FFA s/d
250 cc. Mahal, eh, malah katanya juga sempat mencatat best time!
“Ya,
catatan waktunya tembus 8,4 detik. Padahal, lawannya motor sport
seperti Honda Tiger atau lainnya,” bilang Jhony yang mau dipanggil Jhony
doang ini. Begitunya, para lawan pun sempat ragu kalau tunggangannya
kalah sama bebek lambang sayap mengepak itu.
Catatan waktu
terbaik itu, tembus di heat pertama. Dan menempatkannya di posisi satu.
Sayangnya, di heat kedua! Best time melorot jadi 8,6 detik dan posisi
pun turun jadi ke-4. “Itu karena motor melintir saat start,” kata Jhony.
Ya,
enggak apa deh! Tapi di next event harus balas dan jadi juara ya!
Begitunya, Karisma racikan Man’s Speed ini tergolong kencang buat arena
201 meter! Boleh dong kalau rahasia tembus 8,4 detik itu diungkap!
“Boleh
saja. Paling istimewa di motor ini, bagian kepala silinder. Terutama,
noken-as,” bilang Herman Pieters, pemilik bengkel di Jl. Raya Jati
Bening, Gg. Masjid, No. 16, Jati Kramat, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Karena
doi sebut noken-as, berarti mulai dibuka dari situ aja ya? Oke! Buat
terapkan putaran kem cepat dan tinggi, maka buat klep in dipakai durasi
306º. Sedang buat klep buangnya, dikasih durasi 308º.
Angka ini,
tergolong ekstrem ya! Maklum, kan motor digeber buat sekali jalan doang!
“Jadi, enggak perlu mikir power bawah banget! Tak seperti di motor road
race yang juga butuh kombinasi atas-bawah,” sebut Man, panggilan
Herman.
Tingginya durasi klep ini punya konsekuensi lain. Yaitu,
klep mudah floating alias ngambang. Buat menutupinya, mekanik ramah ini
mengaplikasi klep dan per klep milik mobil! Enggak tanggung, ukuran
payung klep pakai diameter 35 mm buat klep masuk dan 30 mm buat klep
buang.
Sayangnya, Man tak tahu klep itu milik mobil apa. Karena
klep itu dapat di tukang bubut kenalannya. Beda sama per klep. Kalau per
klep, mengambil milik Toyota Vios. Tapi pegas penjaga naik-turunnya
klep itu disesuaikan lagi dengan kepala silinder Karisma.
“Penyesuaiannya
hanya sebatas memotong satu ulir pegas, karena buat diameternya masuk
ke bagian head Karisma,” bilang Man. Nah, dengan dua bagian ini, Man gak
perlu khawatir kompresi bocor atau klep bakal floating. Selain per
lebih keras, semburan bensol dan udara ke ruang bakar juga mantap! Sama
halnya dengan tersalurnya tenaga ke roda belakang. Enggak selip karena
pakai kampas kopling BRT,” tambah Man!
Ngacir Cuy!
KOMBINASI PISTON DAN KNALPOT
Biar
gebukan kompresi di ruang bakar menjadi 15,2 : 1, Man mengaplikasi
piston Izumi 66 mm yang punya pen piston 13 mm. Makin mantap lagi,
stroke juga naik 3 mm. Itu berkat pen piston yang dipasang di kruk-as
yang disuplai BRT alias Bintang Racing Team.
Kompresi padat nan
tinggi di ruang bakar itu, terbuang sempurna lewat aplikasi saluran
buang Ahau Motor. “Knalpot ini, model baru! Diameter pipa lebih besar,
hampir sekitar 30 mm,” ungkap Herman sembari memuji performa knalpot
itu.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Swallow 50/90-17
Ban belakang : Comet 60/80-17
Karburator : Keihin PE 28 mm
Pilot/Main jet : 62/185
Gir : 14/ 34
2.Suzuki satria raja 402 meter.
Belum
lama ini di arena adu kebut 420 meter, Suzuki Satria 120 milik Suryanto
mengukuhkan statusnya sebagai Raja di kelas Bebek 125 cc. Yap!
Perolehan waktunya pun, tembus sekitar 13,5 detik!
“Waktu itu,
motor ini dijokiin Acong di Sirkuit Sentul. Kita pun puas dengan hasil
ini,” ujar pria yang tinggal di Graha Raya Bintaro, Blok B8/27,
Tangerang. Itu karena hasil yang dicapai merupakan hasil putar otak
Yanto sendiri.
Ya, pria 42 tahun akrab disapa Koh Yanto ini murni
meracik motornya sendiri. Sebelumnya, pernah bikin di salah satu
bengkel. Hasilnya masih kurang puas. Tapi karena hobi di motor, maka doi
pun putuskan untuk bikin mesin sendiri di waktu luangnya.
“Saya
hobi motor sejak 1992. Sempat vakum, sekarang mulai main lagi. Malah,
sempat juga terjun di road race,” buka pria ramah dengan nada suara
berkarakter tegas ini. Kiranya, apa aja yang diracik ya? Buka?
MAGNET RM 85
Meracik
mesin 2-tak, susah-gampang! Susahnya, tetap kudu pakai hitungan yang
presisi. Gampangnya, nggak kayak mesin 4-tak yang banyak part di kepala
silinder. So, enggak perlu mainkan klep dan noken-as deh. He..he..he...
“Tapi,
tetap ada beberapa bagian yang kena sentuh di mesin atas dan bawah,”
kata Koh Yanto. Pertama, mulai dari kruk-as dulu aja. Part pemutar
setang piston ini, dibandul ulang dan ditambah beban puntirnya.
Tujuannya,
agar putaran kruk-as menjadi lebih bertenaga. Tapi meski dibandul
ulang, beban balancer justru malah dikurangi. Balancer dipapas sekitar 7
mm. “Ini karena magnet memakai milik Suzuki RM85,” ucapnya lagi.
Akhirnya,
kombinasi racikan ini membuat motor bisa teriak lebih cepat dan mudah
gapai rpm tinggi. Oh ya! Kenapa Koh Yanto mengaplikasi magnet RM, itu
karena menurutnya, RM dan Satria punya stroke yang tidak jauh beda.
Jadi, karakter kebutuhan pengapian juga tidak jauh berbeda.
EXHAUST KIPAS
Buat
isap campuran bensol dan buang hasil pembakaran semakin cepat, Satria
ini pun aplikasi katup buluh V-Force3. Tapi, nggak semata pakai part
racing doang lho. Agar hasil pembakaran makin besar dibuang, lubang
exhaust dibuat lebih besar.
“Untuk bagian bibir, saya bikin jadi
23 mm ke atas. Sedang untuk sisi sampingnya, saya buat keseluruhan
menjadi 42 mm,” lanjut pria yang punya usaha di bidang kayu ini.
Sedang
untuk intake-nya, cukup dipapas sedikit agar permukaan landai. Sedang
ruang crankcase, ditambah daging sekitar 6 mm. Tujuannya agar kompresi
ruang primer lebih padat. Juga agar bensol bisa masuk lebih cepat.
IKUTI KNALPOT
Menarik!
Racikan di kepala silinder dibuat mengikuti ubahan knalpot. “Knalpot
ini buatan. Bukan beli part racing jadi. Salah satu yang diubah, lubang
silincer yang tadinya 28 mm, dikecilkan jadi 25 mm,” sebut Koh Yanto.
Tujuannya,
agar hasil pembakaran enggak langsung terbuang macam freeflow. Tapi,
ada sedikit tertahan buat tendangan balik. Kondisi ini, memaksa ubahan
ulang di kepala silinder.
Untuk head, dari ukuran standar,
dipapas lagi 2 mm. Setelah itu, sudut kemiringan kubah dibuat jadi 15º.
Dan lebar squish dibuat jadi 7 mm. “Sebelumnya coba kasih 9 mm, tapi
power yang keluar agak sedikit tertahan,” aku Koh Yanto yang kadung suka
dengan karapan motor ini.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Comet 60/60-17
Ban belakang : Comet 80/60-17
Pelek : TK
Pengapian set : Suzuki RM85
Karburator : Keihin PJ 34
Main/pilot-jet : 145/40
Gas spontan : Daytona
3.Yamaha RX-King si berapi besar.
“Jurus
utama Yamaha RX-King korekan ini ada terletak pada sektor pengapian.
Punya ramuan khusus. Menggunakan sistem booster,” buka Moko, owner dan
tuner bengkel Mox’s dari Jl. H. Mencong, depan POM Bensin Peruri,
Ciledug, Tangerang.
Pantas jika pacuan andalan Mox’s ini dapat
julukan Si Garong. Tapi, kelakuannya tidak seperti Kucing Garong yang
matanya bakal jelalatan kalau lihat yang bening. Mata Si Garong bakal
terbelak begitu diajak taruhan puluhan juta. Lho?
Si Garong kalau
sudah turun di lintasan bali (balap liar), siap menggarong kangtaw duit
lawan. “Terakhir, main sampai ceban (Rp 10 juta-red),” kata Moko. Oh ya
nilai segitu utamanya lho, sampingannya bisa beberapa kali lipat dari
itu.
Konon katanya lagi, Si Garong pecicilan lantaran booster
pengapian buatan pria asli Oslo, Jawa Tengah ini. “Booster ini akan
meningkatkan percikan api sekitar 50%,” lanjut pemilik nama komplet
Suharmoko itu.
Dalam sistem pengapian AC yang diterapkan, booster
dipasang di antara sepul dan CDI. Berfungsi memberi umpan voltase lebih
besar. Meski putaran mesin naik-turun, booster juga mampu bikin stabil
arus yang diisuplai ke CDI. Sehingga voltase yang diberikan CDI terhadap
koil lebih besar dan stabil.
Untuk pengapian sistem analog
memang bisa begitu. Kalau voltase dan arus yang dikirim besar menuju
CDI, out-putnya memang besar. Berbeda sama CDI yang sudah digital, meski
arus dan voltase yang dikirim besar, tetap saja ada batas optimal.
Nah,
CDI analog asli RX-King yang dipakai pria kurus ini, berkode 3KA 10.
Sedang koil pakai cabutan dari Suzuki RM 80. “Kebetulan dapat setingan
pas sama punya RM. Tapi, kayaknya punya YZ lebih favorit ya?” katanya
sambil bertanya.
Karena sudah menggunakan penguat pengapian, Moko
berani pakai spuyer spesifikasi besar. “Untuk pilot-jet pakai 55,
sedang main-jet 340. Tapai kalau lagi kesulitan mendapat spek spuyer
besar, sering juga pakai rojokan. Tentu dipadu karbu Yamaha RX-Z yang
punya lubang venturi 26 mm.
Peningkatan kompresi ruang bakar juga
dilakukan. Tentu lewat caranya memapas kepala silinder 1,5 mm. “Tapi,
nggak tahu berapa kompresinya sekarang. Yang pasti meningkat,” kata pria
tamatan STM di Solo ini.
Sudut squish dibuat 14º dengan lebar 9
mm. “Biar pembuangan lebih sempurna dan tidak tersisa, lubang exhaust
dibuat 24 mm dari bibir atas silinder,” cuapnya lebih jauh.
ANDALKAN STANDAR
Moko
ogah ganti komponen sama komponen racing aftermarket. Buktinya masih
mempertahankan CDI, kruk as, rasio, magnet, sampai knalpot standar alias
orisinal RX-King. “Selama masih bisa dicari kondisi maksimal dan
optimalnya lebih suka pakai komponen ori,” katanya beralasan.
“Knalpot
dibelek untuk kemudian dihilangkan sekatnya. Setelah itu diseting ulang
menyesuaikan modifikasi mesin. Jadi deh,” kekeh warga Bintaro yang
sering dianggap enteng sama lawan yang sudah pakai knalpot kolong.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 50/100-17
Ban belakang : IRC 60/90-17
Karburator : Yamaha RX-Z
Lidah membran : V Force
Kopling : TZM
Piston : Trim oversize 175
Busi : NGK B8HVXSokbreker : Kawasaki Kaze
Tidak ada komentar:
Posting Komentar